Part.02
Ia tertunduk, bersimpuh, dan mengerang kesakitan dengan suara
lirihnya. Kecemasan tiba-tiba menyergahku. Apakah ini semua ada hubungannya
dengan calon kamar yang akan kami tempati yang pada kenyataanya memang berada
di paling pojok gedung?
“Eh?kenapa, Ann?” responku setelah melihat tindak-tanduknya
yang seperti sedang menahan sesuatu yang pastinya tak mengenakkannya.
“kayaknya Anna lagi gak enak badan deh, diy.”jawab teman
kamarku yang lain yang juga diliputi kecemasan.
Aku dan Vania pun memutuskan mengadukan hal ini kepada guru
kami. sebelum semua pikiran negatif itu memang benar-benar akan terjadi, kami
mencerocos dan menjelaskan secara mendetail mulai dari wacana tentang kamar 219
tersebut hingga pikiran-pikiran kami, bahkan perasaan yang kini sedang melanda
Anna tersebut hingga menyebabkan badannya menjadi tidak nyaman.
Awalnya guru kami hanya memberikan dorongan positif atau
sekadar sugesti bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi, demi melihat wajah
gugup dan air muka kami yang semakin tak karuan, singkat cerita setelah terjadi
negoisasi dan pembicaraan yang lumayan alot, akhirnya beliau bersedia
menukarkan kamar kami dengan kamar beliau. Yeah, finally.
Karena semua siswa sudah berangsur pergi ke kamar
masing-masing sedari tadi, kini tinggallah kami bertiga yang berjalan perlahan
menuju calon kamar pengganti di gedung yang sama dengan kamar yang sebelumnya.
Perlahan, namun pasti akhirnya Aku, Anna, dan Vania pun sampai di depan kamar
212. Kamar ini tepat berada di tengah-tengah koridor dan langsung terlihat
ketika kaki ini tepat mendarat di anak tangga terakhir menuju lantai dua.
‘grekk’. Vania membuka pintu kamar ini dengan mengucap basmalah. Dan Ahlan
Wasahlan, inilah kamar baru kami. segera kumasukkan semua barang-barang ke
dalam kamar. Kunyalakan dua lampu utama kamar ini. hmm, syukurlah menyala
semua. Kami pun segera bergegas memeriksa kamar mandinya. Terlihat sebuah kaca
besar, dua wastafel, sebuah bathube lengkap dengan tirainya, dan sebuah shower
dengan fasilitas air dingin dan panas.
Oke, lumayan bersih. Tapi ternyata, tak lama setelah itu terjadi masalah
kecil karena lampu kamar mandi kamar mandi kami padam. Yep, malam pertma kami
disambut dengan padamnya lampu ini. tapi bukan masalah besar karena teknisi
segera datang memperbaiki keadaan. Malam pertama ini kami lewati layaknya para
siswa yang lain. bercerita sambil makan snack, menjaili teman dengan menelepon
kamarnya, menonton acara televisi, tertawa bersama hingga akhirnya mengantarkan
kami ke alam mimpi malam pertama di Yogyakarta. Namun esoknya, semuanya mulai
terasa aneh (menurut kami)...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar