Kubuka mataku setelah lelah
mengalirkan air mata penuh rasa. Ternyata gumpalan awan hitam pekat tadi sudah
tiada, sepertinya semua yang hitam tadi sudah sepenuhnya berjatuhan ke bumi ini
atau mungkin sudah berpindah ke tempat lain karena tiupan kuasa-Nya. Ya,
cakrawala mataku sudah kembali membiru. Biru yang anggun. Sejuk. Angin mulai
berembus lembut dan perlahan. Hamparan rumput hijau yang tadinya basah kuyup
dan pasrah akan terpaan bulir hujan yang menimpanya kini mulai mengering.
Melihat semua ini, aku mulai heran sekaligus takjub, juga bingung. Tuhan,
betapa bersahajanya segala ciptaan-Mu ini, tak pernah berkomentar sedikit pun
dengan segala takdir yang telah digariskan untuknya. Yang ada, mereka malah
selalu bersenandung mengingat-Mu.
Bluish Stars| Rain| Seventeen|
Selasa, 24 Februari 2015
Renungan~Penuh Rasa #3
Kubuka mataku setelah lelah
mengalirkan air mata penuh rasa. Ternyata gumpalan awan hitam pekat tadi sudah
tiada, sepertinya semua yang hitam tadi sudah sepenuhnya berjatuhan ke bumi ini
atau mungkin sudah berpindah ke tempat lain karena tiupan kuasa-Nya. Ya,
cakrawala mataku sudah kembali membiru. Biru yang anggun. Sejuk. Angin mulai
berembus lembut dan perlahan. Hamparan rumput hijau yang tadinya basah kuyup
dan pasrah akan terpaan bulir hujan yang menimpanya kini mulai mengering.
Melihat semua ini, aku mulai heran sekaligus takjub, juga bingung. Tuhan,
betapa bersahajanya segala ciptaan-Mu ini, tak pernah berkomentar sedikit pun
dengan segala takdir yang telah digariskan untuknya. Yang ada, mereka malah
selalu bersenandung mengingat-Mu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar