Kamis, 16 Juli 2015

Akankah Bertemu Kembali?

Kedatanganmu yang bak pangeran dari negeri dongeng selalu saja disambut banyak orang. Meriah, suka cita, hingga rasa terharu pun selalu menyertai enggan pergi. Pun jauh hari sebelum kau ketuk pintu langit hati kami, selalu saja namamu menggema disana-sini. Kau paling berkah-kata mereka. Fenomenal, semuanya kenal,-ya, kata mereka lagi. Memang, diantara yang lain, kaulah satu-satunya yang paling ditunggu kedatangannya dengan penuh cinta dan yang paling dijeritkan-dengan tangisan haru kepergiannya. Orang-orang spesial di luar sana juga selalu membuat dirimu menjadi yang paling spesial. Banyak tulisan bahkan omongan yang kesemuanya membicarakan tentang hebatnya dirimu. Tentang dirimu yang selalu diimpikan, tentang sesuatu yang sempurna dan dinantikan banyak orang yang semuanya itu kau punyai.

Tak bisa ditolak siapapun memang jikalau ada pernyataan bahwa kaulah yang paling memberikan banyak manfaat. sekali saja datang, sejuta ibrah kau berikan. Begitupun kali ini, banyak persiapan yang dilakukan demi menyambut  kedatanganmu yang selalu ditunggu.  kau pun akhirnya datang, tawa bahagia bercampur haru dan berbalut syukur menggema dari sudut-sudut permadani kota ini. Kau pun akhirnya datang. Ya, kau datang. Setelah sekian lama yang tak terlalu lama penantian ini berjalan, kau datang dengan gagahnya. Dari jauh kupandangi dirimu yang penuh dengan cahaya rahmat. Sungguh Maha Besar Dia yang telah menciptakanmu dengan sejuta keagungan-Nya.

Hampir dua puluh sembilan hari sudah kau membersamai dan melantunkan ayat penuh cinta kepada kami. Tak terkecuali kepada diriku. Sudah hangat ku rasakan tebaran manfaat yang kau berikan. Tetesan air mata pun tak mau kalah mengalir selama kau ada, karena berharap akan mendapatkan tetesan pahala dari-Nya. Kini, sudah tiba masanya kau berada di penghujung kebersamaan manis kali ini. Tak lama lagi kau kan berlalu. Kalau memang benar, tinggal menghitung jam malah.  Beranjak pergi, dilanjutkan tangisan haru-mungkin, lalu sudah, kau akan benar-benar menghilang. Langit kan segera berganti dengan hiasan warna-warni penuh formasi. Namun, jika benar kau akan segera berlalu, harapan lubuk ini semoga semua yang kau tinggalkan takkan hilang begitu saja, dapat konsisten terjaga, meningkat kan lebih baik.  Dengan ketakdziman yang hanya dapat kulakukan, terucap doa yang selalu teriringi, ingin sekali lagi kupeluk dan kukecup dirimu dengan bisikan lirih tak mampu terkata

“Ya Ramadhan, akankah diri ini diberi kesempatan untuk bertemu dan menyambutmu kembali?” lirihku dalam kata yang menyimpan sejuta harap.

29 Romadhon 1436H
Sang Penanti-Mu

Tidak ada komentar: