Ehm, cek. Ya kali ini saya mungkin akan memberikan sedikit
relaksasi kepada kalian para pembaca. *hooree. Biar nggak terlalu bosan
dengan cerita atau tulisan saya yang mungkin agak kaku, mungkin. Jadi anggap
aja ini intermeso kecil untuk para pembaca sekalian. Mungkin sebenarnya cerita
ini tidak seseram yang dibayangkan, Lebih tepatnya, tidak semenakutkan judulnya
sih.jadi bagi yang tidak percaya dengan halusinasi, tidak apalah menganggap tulisan ini hanya
wacana atau narasi biasa saja, untuk yang percaya cobalah berinteraksi dengan
mereka karena sesungguhnya mereka sama-sama ciptaan Tuhan yang MahaKuasa. Hehehe.
Oke,langsung aja ya.....
Part.01
Cerita ini bermula, berawal atau lebih tepatnya terjadi
sekitar akhir bulan Februari 2015, ketika sekolah saya tercinta mengadakan studi
kolaboratif atau biasa kalian sebut berwisata, karya, wisata, rekreasi atau
apalah terserah ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti sebelumnya, kegiatan semacam
ini dipastikan akan berlangsung selama lebih dari dua hari. Jadi pastilah kami
akan menginap di penginapan, ataupun hotel, atau bahkan villa. Tepat dua hari
sebelum hari keberangkatan, kami—para siswa kelas XI, dibagi menjadi beberapa
kelompok kerja. Selain kelompok kerja yang berfungsi mengerjakan tugas-tugas
yang akan diberikan tersebut, dibentuk pula kelompok kamar dimana satu kelompok
tersebut berarti akan menempati satu kamar yang sama nantinya. Sewajarnya
sebagai seorang manusia (yang selalu kepo), saya pun agak penasaran
dengan siapa nantinya saya akan bermalam disana. Dan alhamdulillah, Anna dan Vania pun terpilih menjadi teman seperjuangan saya nantinya menempati kamar
baru. Yeay. Hari-H keberangkatan stukol (studi kolaboratif) kami
pun akhirnya tiba. Berbagai perasaan pun menyelimuti dan ikut menelisik masuk
kalbu*asiik. Termasuk saya yang sejujurnya memiliki perasaan senang,
bahagia, tapi agak males sebenernya. Hehehe.
Singkat cerita, rombongan kami pun akhirnya sampai juga di
tempat tujuan setelah melewati berbagai halangan dan rintangan yang tak
hentinya menghadang selama kurang lebih empat belas jam sepanjang perjalanan
Serpong-Yogyakarta. Dan inilah kota yang disebut-sebut sebagai kota pelajar
sekaligus kota yang masih sangat mempertahankan adat keraton. Yap, Welcome
to Yogyakarta! Sugeng Rawuh ing Ngayogjokarto!
Sesampainya disana kami tidak langsung menempati hotel, tapi
istirahat dan langsung menuju tempat wisata kami yang pertama. jadilah kami
terus bertanya-tanya sepanjang perjalanan seperti apakah ‘Hotel Brongto’
tersebut. Hingga keramaian dan beberapa keributan kecil pun mewarnai
langit-langit bus yang saya tumpangi. Satu dua siswa saling berbisik. Tapi, ada
juga beberapa siswa laki-laki yang dengan vulgarnya berbicara lantang tentang
isu keseraman hotel ini, bahkan sangat jelas menyebutkan nomor kamarnya. Dan
asal kau tahu, itu nomor kamarku. baiklah, walaupun mendengarnya tapi aku tidak
akan menyimpannya dalam memori otakku. That’s just an issue, i think.
Melupakan kejadian yang terjadi di bus tadi siang, tapi
sebagian hati kecil ku pun agaknya memprotes karena sebenarnya aku juga pernah
melihat sendiri beritanya di internet. Tapi kemungkinan besar itu hanya sebuah
wacana tenang keseraman kamar demi melejitkan nama sang pengunjung hotel.
Oke,
semuanya seakan semaki terasa karena
disinalh sekarang kami berada. Setelah bus terparkir rapi, terlihat samar
tulisan besar bertuliskan “Hotel Brongto” tertanam gagah di sebelah gerbang
masuk. Dengan menarik-narik koper kecil berisi pakaian dan berbagai perbekalan
lainnya, kami pun berbondong-bondong memasuki area hotel brongto. Suasana malam
yang agaknya dingin menyapa lembut setiap pengunjung. Aroma mistis
Kejawa-Jawaan segera menguar di halaman hotel ini. arsitektur bangunan hingga
tempat resepsionisnya pun sangat kental dengan budaya Jawa. Yah, namanya
juga di Jogja, pikirku.
Kami pun segera mengantre untuk mengambil kunci kamar di
resepsionis. Segera ku menata pikiranku dan memenuhinya dengan berbagai pikiran
positif demi mengusir prasangka buruk yang tiba-tiba saja muncul tak diundang.
Hingga sesuatu pun terjadi pada temanku di halaman yang luasnya kira-kira dua
puluh meter persegi ini, di tengah tengah para siswa yang telihat mulai lelah
disini, tiba-tiba saja......