Kubuka mataku setelah lelah
mengalirkan air mata penuh rasa. Ternyata gumpalan awan hitam pekat tadi sudah
tiada, sepertinya semua yang hitam tadi sudah sepenuhnya berjatuhan ke bumi ini
atau mungkin sudah berpindah ke tempat lain karena tiupan kuasa-Nya. Ya,
cakrawala mataku sudah kembali membiru. Biru yang anggun. Sejuk. Angin mulai
berembus lembut dan perlahan. Hamparan rumput hijau yang tadinya basah kuyup
dan pasrah akan terpaan bulir hujan yang menimpanya kini mulai mengering.
Melihat semua ini, aku mulai heran sekaligus takjub, juga bingung. Tuhan,
betapa bersahajanya segala ciptaan-Mu ini, tak pernah berkomentar sedikit pun
dengan segala takdir yang telah digariskan untuknya. Yang ada, mereka malah
selalu bersenandung mengingat-Mu.
Bluish Stars| Rain| Seventeen|
Selasa, 24 Februari 2015
Renungan~Penuh Rasa #3
Kubuka mataku setelah lelah
mengalirkan air mata penuh rasa. Ternyata gumpalan awan hitam pekat tadi sudah
tiada, sepertinya semua yang hitam tadi sudah sepenuhnya berjatuhan ke bumi ini
atau mungkin sudah berpindah ke tempat lain karena tiupan kuasa-Nya. Ya,
cakrawala mataku sudah kembali membiru. Biru yang anggun. Sejuk. Angin mulai
berembus lembut dan perlahan. Hamparan rumput hijau yang tadinya basah kuyup
dan pasrah akan terpaan bulir hujan yang menimpanya kini mulai mengering.
Melihat semua ini, aku mulai heran sekaligus takjub, juga bingung. Tuhan,
betapa bersahajanya segala ciptaan-Mu ini, tak pernah berkomentar sedikit pun
dengan segala takdir yang telah digariskan untuknya. Yang ada, mereka malah
selalu bersenandung mengingat-Mu.
Renungan~Penuh Rasa #2
Titik-titik air pun semakin deras
turun. Seakan titik-titik air itu sedang berlomba siapa yang bisa paling cepat
menyentuh permukaan bumi dan bertemu dengan temannya yang lain yang sudah
menunggu di samudera sana. Semakin deras hujan turun, semakin dingin pula yang
aku rasakan saat ini. Tak terasa air mataku pun mengalir lembut menuruni wajah
bersamaan dengan mengalirnya air hujan yang dingin ini. Namun, tiba-tiba
kegelisahan mulai menyerangku, kekhawatiran mulai memenuhi pikiranku. Takut.
Bayangan kehidupan yang jauh lebih abadi setelah ini mulai muncul. Aku tahu dan
memang sepatutnya bagi siapapun harus tahu bahwa kehidupan di dunia ini
hanyalah tempat bersinggah. Dengan kata lain, dunia ini adalah kehidupan yang
fana. Tapi keraguan ternyata tak mau kalah menyerangku. Aku pun mulai ragu,
mampukah diriku yang sungguh kecil, lemah, dan tidak ada apa-apanya ini mampu
menjalani kehidupan yang sudah jelas dan sudah pasti akan terjadi itu?
Entahlah. Hanya Dia yang tahu.
Minggu, 22 Februari 2015
Renungan~ Penuh Rasa #1
Bersambung....
Langganan:
Komentar (Atom)